Kita (santri) terkadang Kesulitan sering di pandang dari satu sisi saja. " cukup sampai di sini saja , saya belajar ilmu nahwu dan lain-lain, sudah berusaha tapi tidak ada hasilnya".
Jarang sekali yang berprasangka baik ketika datang akan suatu
kesulitan. Jadi sangat wajar sekali jika kemudian lebih cendrung merasa
kesal dengan adanya kesulitan yang muncul. jika kita merenung dan
menghayati betul-betul bahwa kesulitan itu ada manfaatnya. Dan
Seandainya kita tahu manfaat
dari pada kesulitan-kesulitan yang pernah di alaminya maka kita akan
rindu untuk bertemu kesulitan itu, minimal kita tidak akan gentar dengan
berbagai macam kesulitan itu.
Selama
ini yang pernah terjadi di pesantren ketika merasakan suatu kesulitan
dalam pelajaran mereka kesal atau bahkan benci dengan kesulitan itu
sehingga sebagian putus di tengah jalan karena sudah merasa tidak ada
harapan lagi untuk maju.hal seperti itu terjadi bukan karena mereka
menolak manfaatnya namun karena mereka tidak tahu akan manfaat dari
kesulitan-kesulitan.bahkan menurut mereka ada yang menafsiri bahwa
kesulitan adalah suatu kesialan atau keburukan yang menimpa. Dengan
adanya pandangan yang keliru seperti itu maka wajar-wajar aja kita
(santri) sulit untuk berubah lebih baik.
kalau kita memahami betul-betul banyak sekali kita dapatkan dari
tiap-tiap kesulitan itu, di antaranya adalah pertama, kesulitan akan
menghasilkan pengetahuan (ilmu), karena kesalahan yang di alami tidak
akan diulangi lagi. bertambahnya ilmu seseorang bukan berarti otaknya
semakin canggih, namun semakin bertambahnya pengalaman-pengalaman.yng kedua
kesulitan akan menambah kekuatan, santri setiap hari di gelut dengan
kesulitan maka akan cendrung lebih kuat dan mudah mencari solusinya dan
kreatif dibanding mereka yang sepanjang waktunya di habiskan
santai-santai dan ngegosip sepanjang hari terutama gosip yang lagi ngetop sekarang ini " ya, namanya saja gosip kalau di gosok semakin sip" yang tidak ada manfaatnya sama sekali, atau melamun yang -waktunya di habiskan sambil berpangku tangan, memikirkan seseorang yang belum pasti ( memangnya tidak ada kerjaan lagi tah selain melamunin ).yang
ketiga kesulitan adalah tangga untuk mendapatkan prestasi demi
prestasi, seorang santri akan memperoleh prestasi yang baik itu di
perlukan suatu proses ksulitan dahulu, semua ini tidak mudah dan tidak
semua santri bisa melakukannya. kalau hanya sekedar memasak nasi goreng,
makan bakso dan pandai ngegosipin seseorang menjadi heboh, tidak semua
santri merasa bangga karenanya sebab setiap santri mudah melakukannya,.
jika sesuatu yang di capai setelah melalui kesulitan-kesulitan yang
rumit, seperti belajar membaca al ajrumiah dan memahami sekaligus
menghafalkan, itu bisa di katakan prestasi yang baik.
seorang
santri bisa menulis artikel dengan baik dan bagus, sehingga mengalahkan
penulis di luar lingkungan pesantren dan bisa menghafalkan alQur'an dan
hadist dengan sempurna. Contoh-contoh ini baru tepat di katakan sebagai
prestasi yang patut di ajungkan jempol dan layak di puji. Semua ini
tentu tidak lahir dengan mudah, melainkan setelah melewati
kesulitan-kesulitan. Tidak ada santri satu pun yang jadi ustad/ustadzah
kyai,nyai tokoh masyarakat tanpa di dahului proses kesulitan.
Dulu di pesantren al-khoirot pernah terjadi sebuah lika-liku perjalan
seseorang santri yang bekeja keras dalam menuntut ilmu.dia tergolong
seorang anak sangat minus baik itu dari segi kemampuan dalam berfikir
dan minus dari segi materi.Untuk memulai dalam belajar dia tidak
mempunyai kitab dengan lengkap, namun dengan usaha dan keinginan yang
kuat. kesana kemari menghampiri temannya, meminjam sebuah kita untuk di
pelajarinya. maka timbul suasana yang tidak enak, mendapat goda'an dan
tantangan yang berat, mulai dari ejekan, cemohan, penghinaan bahkan
ganguan. kadang makan pun sering kekurangan. dengan penuh keberanian dan
niat yang kuat ia tidak menghiraukan hal itu. dengan usaha mandiri
inilah cukup lama ia jalani dan tidak pernah surut langkahnya kesana
kemari kitab dan buku yang selalu dipegang dan di baca, waktu
kesehariannya di habisi dengan belajar dan banyak bertanya ketika ada
suatu kemuskilan. "ALHAMDULILLAH" berkat kesabaran dan
ketekunannya dalam mempelajari semua pelajaran yang ada, ia sukses
melewatinya dengan baik.justru dengan usahanya itulah semua temannya
kagum melihat ketabahan dan kerja kerasnya. semua temanya mulai simpati,
mereka mulai sadar akan kekeliruan sikapnya semula. Simpati itu terus
bertambah hingga akhirnya dia di jadikan sebuah contoh, santri-santri
yang lain.
Kadang santri sering mengeluh dengan adanya kesulitan, dan " adakah kesulitan itu
" jika di antara kita di tanyakan seperti itu, maka kita harus jawab
adalah kesulitan itu tidak ada, yang ada adalah seorang yang tidak
mempunyai ilmu dan wawasan yang luas untuk memecahkan persoalan yang
sulit yang dia hadapi. jika semua santri " tahu ilmu" tentu dengan mudah mereka akan memecahkan tiap-tiap kesulitan yang ada.
Kesulitan
itu lumrah, kesulitan akan menjumpai siapapun tidak pandang sebelah
mata atau pandang bulu, tidak ada satu santri yang bersih dari
kesulitan. Kalau seandainya mereka ahli dalam kesulitan (berotak
computer, sekali ketik langsung nempel), minimal dia pernah satu atau
dua kali bertemu dengan kesulitan.
Lari
dari kesulitan adalah tindakan yang sangat keliru, dan pasrah terhadap
kesulitan juga tidak baik. Yang lebih baik dan tepat adalah menyongsong
(memerangi) kesulitan itu dengan sebaik-baiknya. Dengan cara sikap yang
lurus (konsisten) dan tepat insya Allah, tiap-tiap kesulitan akan tuntas
terpecahkan, bahkan nantinya akan menjadi kebaikan.
Kesulitan dan kemudahan adalah
suatu keindahan, warna warni kehidupan.
tidak bisa di pungkiri semua santri
akan memilih kemudahan
dari pada kesulitan.
Akan tetapi kesulitan tetap dan pasti datang
Dan muncul di setiap saat.
Karena kesulitan tetap datang
dan Tidak bisa di hindari,
Maka yang di butuhkan adalah
bukan kesulitan
Yang harus di hilangkan.
namun yang dituntut adalah
Sikap mental yang kuat.
[].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar