Burung merpati terbang diawan
Muda belia menangkap ikan
Baik-baik bila berkawan
Akhlak mulia mesti diutamakan
*Suara
kicau burung mulai membangunkan sahabatku di pagi hari yang dingin di
hari minggu. Setelah mencuci mukanya dengan air sejuk, kemudian ia
mempersiapkan sehelai kain putih “seputih orangnya”, guna menemani
membaca buletin santri edisi bulanan. Seperti biasa ia selalu mencari
beberapa kata-kata mutiara penyejuk iman. sahabatku yang akrab dipanggil
merpati putih ini sedang
kesepian, dia hanya seorang penulis kecil (juniur) untuk buletin
bulanan. Ketika ia memiliki atau membuat sebuah tulisan (artikel) yang
bagus maka akan ia kirimkan ke tim redaksi, dan mendapatkan upah
senyuman dari sahabat-sahabatnya.
*Rasanya
lezat, kuahnya enak, nasinya juga harum. Itulah cita-rasa sate madura
bagiku dan sahabatku. Kami sudah rutin, layaknya upacara tasyakuran.
untuk selalu makan sate madura setiap malam jumat. Seperti malam ini aku
dan sahabatku sedang menikmati alunan kelezatan sate Madura gondanglegi
yang enak di mulut, mengenyangkan di perut. Bersahabat pula dengan
mendung menjelang jatuhnya hujan Es. Dan di warung sate madura inilah
tempat pertama kali aku menerima hadiah Betulkah? Betul, betul, betuuuuul!!!.
*Kenangan yang masih kusimpan di atas almari adalah hadiah-hadiah
yang telah di berikan kepadaku. Aku tak tahu mengapa aku masih bisa
peduli dan berusaha payah seperti itu, karena yang aku lakukan hanyalah
memandang hadiah itu tanpa gairah, tidak ada satupun yang aku sentuh dan
kubuka, lalu kutimbun di sudut asramaku.Tumpukan hadiah itu semakin
tinggi.dan aku tidak tahu, apa yang harus aku lakukan terhadap
hadiah-hadiah itu, dan aku tidak menginginkan benda-benda itu kusut
begitu saja tanpa ada perawatan, karena benda itu di berikan kepadaku
dengan ketulusan hati (karena Allah).
*Mungkin
hadiah yang diberikan itu tidak begitu sangat berarti oleh sahabatku,
namun entah kenapa bagiku sulit aku hilangkan,dan kubuang. Setiap kali
aku masuk keasrama entah kanapa hadiah itu seolah-olah mengatakan
kepadaku “jangan
kau sia-siakan hadiah ini untukmu karena hadiah ini kuperoleh dengan
cara susah payah dan tidak mudah aku dapat hanya karena engkaulah
kuperjuangkan hadiah ini”. Kemudian hari aku memberanikan diri
untuk membuka hadiah itu, entah kenapa setelah aku buka tidak terasa air
mata mengalir, badan terasa menggigil, seluruh anggauta tubuh mengalir
deras bercucuran keringat, hati berdebar seluruh anggauta tubuh terasa
lemas tidak bisa bergerak. Beberapa jam kemudian aku terlelap tidur dan
tiba-tiba dia hadir dalam mimpiku, seolah-olah ada sesuatu yang ingin
diungkapkan namun dia tidak bisa berbicara, hanyalah cucuran air mata
yang mengalir, aku bingung dan tidak bisa berbuat apa-apa, dan aku hanya
bisanya memandang tanpa gairah, aku bingung dan tidak mengerti apa yang
ia ingingkan. namun kemudian ia mengulurkan tangan, memberikan sebuah
kertas putih yang ditulis dengan tinta air mata “jangan kau sia-siakan hadih itu sampai mati!”.
*Atas
kebaikannya kepadaku, dengan segala cara, ingin aku bahagiakan namun
sulit bagiku menemukan hadiah yang pantas menurut selera dia. Karena
seleranya bisa membuat orang lain mudah menangis kadang pula bisa
menertawakan, aku bingung harus cari kemana, karena kebahagiaannya
adalah kebahagianku juga. Aku hanya bisanya berdo’a kepada Allah: Ya
Allah engkau maha pemurah dan maha pengasih dan maha mengetahui apa
yang hamba inginkan dan aku yakin kepadamu, kebaikannya tentu akan
dibalas sesuai dengan usaha sebesar kebaikannya,berikanlah rahmatnya
untuk dia, dan curahkanlah kasih sayangmu kepadanya,aku adalah hambamu
yang tidak bisa berbuat apa-apa. Perjuanganku tidak akan berhenti
sampai disini. jasanya masih berada dalam benak hatiku dan juga masih
sangat saya butuhkan, dan hadiah-hadiah itulah kadang membuat aku
(memberi energi) Guna memperbanyak karya-karya tulis yang saya
impi-impikan selama ini.
*Aku
menggulingkan kepala di atas bantal guling, kelupak mataku pecah. Saat
ini aku benar-benar terasa malu, malu dengan diriku sendiri. Aku tahu
yang bersalah, lantaran itu rasa sesalku telah merasuk kedalam ruang
hati malah rasa sesal kini telah menjalar kesuluruh urat nadiku, dan
mengalir bersama darahku. Aku harap masih punya peluang kedua untuk
menebus (membalas) segala kebaikannya atas hadiah-hadiah itu. Ya! Aku
bersalah, bersalah kepada seseorang insan mulia yang amat mencintai aku.
Ya Allah ! berikan aku kesempatan untuk menebusnya?.sobat maafkan aku!.
**Aku
bangun dari pembaringan. Aku kemeja belajar yang hanya dua kaki dari
bantal gulingku. Terlintas aku memandang sebuah kertas putih seputih
salju diatas hadiah, berisi sebuah kata-kata mutiara, ”kukirim kepadamu setetes air mata, air mata merasa bangga”.
Lantas rasa bersalah semakin merasuk jiwaku. Kutarik laci meja lalu
kukeluarkan diariku. Aku melemparkan pandangan keluar. Hujan es turun
lagi mencurah-curah membasahi bumi, selebat itulah air mataku mengalir.
Ada
2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata itu
menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata mencintai sahabatku yang
baik. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua itu,” Saya air mata
seorang yang menyesal membiarkan, seorang yang amat baik sama aku
berlalu begitu sahaja.”
*Sobat
maafkan aku!, sambil menahan rindu. Aku mencoretkan sesuatu kedalam
diari. Sobat kurintihkan bicara kepadamu, rinduku ini pada dirimu
didalam kerinduan yang tercipta akibat hadiah itu. Hadiah dariku
kepadamu yang tidak aku peroleh, itu belum tentu dapat melembutkan
hatimu. Aku tahu kasihmu (hadiah itu) kepadaku terlalu tulus dan suci.
Apabila kutatap kembali hadiah-hadiah itu aku teringat kenangan lama.
Hadiah kini telah menjadi penawar kelukaan yang kualami, akan tetapi
tatkala api kemarahanku begitu membara karena dikecewakan oleh hawa
nafsuku sendiri.
*Aku
duduk termenung sendirian di asramaku. Panggilan teman-teman, mengajak
aku makan bersama. Aku tidak bisa makan, hatiku terasa sayu, aku merasa
sesal, namun benarkah penyesalan jalan terbaik untuk menginsafi
kesalahan yang telah aku lakukan. Tidakkah terlalu lambat untuk merasa
menyesal, kiranya masa yang diberikan telahpun tamat.
*Jujur aku hanya seorang penulis pemula. Apakah serangkaian kata-kata tanpa makna dan sederhanana ini, akan mungkin merubah cerita ini hingga menjadi cerita yang berakhir bahagia”HAPY ENDING” atau sebaliknya (hancur)”SET ENDING”?.
Pelangi itu indah karena mempunyai tujuh warna: merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila dan ungu. Tetapi hidupku lebih indah sebab aku
mempunyai sahabat yang baik. Kehadirannya bagaikan seribu bintang
cemerlang dilangit yang memberiku sejuta warana..
Semoga dia bahagia atas pemberiannya,
semoga dia tenang ,
sesungguhnya Allah melihat, mendengar
dan merasakan apa yang dia rasakan
dia(Allah) tak diam
tapi dia selalu mendengar do’a-do’a nya. pada suatu saat nanti aku akan tau arti dari pada persahabatan sebenar nya.
semoga dia tenang ,
sesungguhnya Allah melihat, mendengar
dan merasakan apa yang dia rasakan
dia(Allah) tak diam
tapi dia selalu mendengar do’a-do’a nya. pada suatu saat nanti aku akan tau arti dari pada persahabatan sebenar nya.
aku
disini terdiam tersentak tanpa kata,seakan dunia gelap tanpa kabut,
seolah cahaya hilang di telannya ,aku menghargai bukan membenci,ketika
kucoba untuk memahami.
1 tahun sudah cerita kita tetap selalu indah “Damai”
karena apapun yang terjadi adalah hal yang tak mungkin aku lupakan begitu saja.
karena apapun yang terjadi adalah hal yang tak mungkin aku lupakan begitu saja.
1 tahun sudah kini dia hadir kembali
hadir sebagai seseorang penulis, penulis bernuansa islami
aku cukup bahagia bisa melihat tulisannya lagi
meski kini dia telah memakai pena yang lain
arti tulisannya tak hanya mewarnai lembaran baru (bahagia)
dia telah mengubah hidupku menjadi lebih berarti
dan jika suatu hari aku telah berada pada puncak cita-citaku
semua itu karena Allah telah menghadiahkan kepadaku.
hadir sebagai seseorang penulis, penulis bernuansa islami
aku cukup bahagia bisa melihat tulisannya lagi
meski kini dia telah memakai pena yang lain
arti tulisannya tak hanya mewarnai lembaran baru (bahagia)
dia telah mengubah hidupku menjadi lebih berarti
dan jika suatu hari aku telah berada pada puncak cita-citaku
semua itu karena Allah telah menghadiahkan kepadaku.
Sebelum
maut menjemput lakukan yang terbaik, gapai semua impian, untuk semua
orang yang kita sayangi karena mereka pantas mendapatkan yang terbaik,
karena diri kita sangat berharga.[].
صديقك من اضحاك لا من ابكاك
Sahabatmu ini tidaklah semulia muhammad
Tidak pula setakwa ibrahim, pun tidak setabah ayyub,
Atau selembut yusup,ataupun segagah musa
Justru sahabtmu ini hanyalah insan akhir zaman
Yang punya cita-cita ingin membangun
jati diri,jadi orang saleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar